Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Rasisme Twit Trump Terkait Protes Pembunuhan George Floyd

image-gnews
Tangkapan layar tweet oleh Presiden AS Donald Trump yang diunggah pada 29 Mei 2020. [Twitter / @ realDonaldTrump via REUTERS]
Tangkapan layar tweet oleh Presiden AS Donald Trump yang diunggah pada 29 Mei 2020. [Twitter / @ realDonaldTrump via REUTERS]
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump dikecam setelah berkicau di Twitter dengan frasa "penjarahan mengarah pada penembakan" sebagai tanggapan kerusuhan Minneapolis yang dipicu kematian George Floyd, pria kulit hitam yang tewas oleh polisi kulit putih.

Twitter menandai twit tersebut karena melanggar pedoman "mengagungkan kekerasan".

Menanggapi kecaman, Trump mengatakan dia mengerti mengapa pembunuhan itu memicu protes nasional tentang kekerasan polisi terhadap Afrika-Amerika.

Namun, Trump mengatakan bahwa mereka seharusnya tidak diizinkan untuk bertindak "anarki tanpa hukum."

"Para penjarah seharusnya tidak diizinkan menenggelamkan suara-suara dari begitu banyak pendemo damai. Saya mengerti sakitnya, saya mengerti rasa sakitnya," kata Trump di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters, 30 Mei 2020.

Kicauan Donald Trump tentang demonstrasi di Minneapolis yang disembunyikan Twitter karena dituduh mengobarkan kekerasan.[CNN]

Trump mengatakan dia tidak mengetahui sejarah frasa "penjarahan mengarah ke penembakan", yang berasal dari tindakan keras polisi AS terhadap hak-hak sipil pada 1960-an.

Frasa "penjarahan mengarah ke penembakan" diucapkan pada tahun 1967 oleh Walter Headley, seorang kepala polisi Miami yang rasis, yang mengatakan kepada wartawan bahwa para petugas akan melepaskan tembakan jika penjarahan terjadi di lingkungan yang sebagian besar ditinggali warga kulit hitam di kota itu.

Dikutip dari The Intercept, dari 28 Desember 1967, ketika Headley mengumumkan bahwa ia menyatakan perang terhadap "penjahat muda, dari usia 15 hingga 21, yang telah mengambil keuntungan dari kampanye hak-hak sipil". "Kami tidak keberatan dituduh sebagai polisi brutal," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tujuan tindakan kerasnya terhadap komunitas kulit hitam Miami, kata Headley, adalah untuk melepaskan "epidemi hukum dan ketertiban."

Headley mengulangi ancaman penjarahan dan penembakan pada tahun berikutnya ketika protes di lingkungan Liberty City berubah menjadi kerusuhan selama Konvensi Nasional Partai Republik musim panas di Miami, yang menominasikan Richard Nixon sebagai presiden.

Dilaporkan NPR, kandidat presiden pro-segregasi George Wallace juga menggunakan istilah penjarahan dan penembakan selama kampanye pada 1968.

Protes-protes di Miami pada musim panas itu sebagian didorong oleh kemarahan atas metode agresif "cegat dan gelegah" ala Headley yang menargetkan warga kulit hitam, termasuk menggunakan senapan dan anjing kepada massa yang menuntut hak-hak sipil.

Seperti yang dicatat oleh Jonathan Myerson Katz, protes berubah menjadi kericuhan ketika seorang pria kulit putih mengendarai mobil ke massa kulit hitam dengan stiker bumper "Wallace for President" pada malam 7 Agustus 1968. Polisi melepaskan tembakan dengan gas air mata dan peluru tajam. Tiga orang terbunuh oleh polisi dan seorang reporter kulit hitam untuk The Washington Post, Hollie West, ditangkap di Liberty City oleh petugas meski sudah diperlihatkan kartu pers.

Rujukan Trump untuk Headley atau Wallace tidak mungkin kebetulan. Pada tahun 2016, Trump mengatakan kepada seorang wartawan New York Times bahwa pidato penerimaannya sendiri terinspirasi oleh Nixon pada tahun 1968.

"Saya pikir apa yang dipahami Nixon adalah bahwa ketika dunia berantakan, orang menginginkan pemimpin yang kuat yang prioritas utamanya melindungi Amerika terlebih dahulu. (tahun) 60-an itu buruk, sangat buruk. Dan itu sangat buruk sekarang. Orang Amerika merasa seperti kekacauan lagi," kata Trump.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

1 hari lalu

Donald Trump. REUTERS
Ini Agenda Masa Jabatan Kedua Trump, termasuk Deportasi Massal

Donald Trump meluncurkan agenda untuk masa jabatan keduanya jika terpilih, di antaranya mendeportasi jutaan migran dan perang dagang dengan Cina.


Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

3 hari lalu

Terancam Dipenjara, Trump Dijatuhi Denda Rp146 Juta karena Langgar Perintah Pembungkaman

Hakim yang mengawasi persidangan pidana uang tutup mulut Donald Trump mendenda mantan presiden Amerika Serikat itu sebesar US$9.000 atau karena Rp146


Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

5 hari lalu

Penulis Palestina Basim Khandaqji. Foto : X
Dipenjara Israel 20 Tahun, Penulis Palestina Menangkan Hadiah Arab Bergengsi

Penulis Palestina Basim Khandaqji, yang dipenjara 20 tahun lalu di Israel, memenangkan hadiah bergengsi fiksi Arab pada Ahad


Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

8 hari lalu

Rute Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bakal Diubah
Kereta Cepat Jakarta-Surabaya, Kisah Komikus Jepang Sindir Indonesia Lebih Pilih Cina 6 Tahun Lalu

Jauh sebelum wacana kereta cepat Jakarta-Surabaya, ada komikus yang pernah sindir Indonesia lebih pilih Cina dari pada Jepang.


PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

11 hari lalu

CEO SpaceX dan Tesla, dan Pemilik Twitter, Elon Musk. REUTERS/Gonzalo Fuentes
PM Australia Sebut Elon Musk Miliarder Sombong Gara-gara Tolak Hapus Unggahan di X

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut Elon Musk sebagai miliarder sombong karena tak mau menghapus unggahan di media sosial X.


Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

15 hari lalu

Seseorang terbakar di luar gedung pengadilan tempat persidangan pidana uang tutup mulut mantan Presiden AS Donald Trump sedang berlangsung, di New York, AS, 19 April 2024, dalam tangkapan layar yang diambil dari sebuah video. Reuters TV via REUTERS
Seorang Pria Bakar Diri di Luar Gedung Pengadilan Saat Trump Disidang

Seorang pria membakar dirinya di luar gedung pengadilan New York tempat persidangan uang tutup mulut bersejarah Donald Trump.


Jelang Manchester City vs Real Madrid di Liga Champions, Jude Bellingham Desak Adanya Upaya Lebih untuk Atasi Rasisme

17 hari lalu

Pemain Real Madrid Jude Bellingham. REUTERS
Jelang Manchester City vs Real Madrid di Liga Champions, Jude Bellingham Desak Adanya Upaya Lebih untuk Atasi Rasisme

Duel Manchester City vs Real Madrid leg kedua perempat final Liga Champions akan berlangsung di Etihad pada Kamis mulai 02.00 WIB, 18 April 2024.


Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

18 hari lalu

CEO SpaceX dan Tesla, dan Pemilik Twitter, Elon Musk. REUTERS/Gonzalo Fuentes
Elon Musk Usulkan Biaya Langgan bagi Pengguna X Baru, Ini Alasannya

Elon Musk, CEO platform media sosial X, pada Senin mengusulkan biaya langganan bagi pengguna baru


OJ Simpson Meninggal, Kilas Balik Kasus Pembunuhan Mantan Istri dan Pencurian yang Melibatkannya

20 hari lalu

O.J. Simpson. Julie Jacobson-Pool/Getty Images
OJ Simpson Meninggal, Kilas Balik Kasus Pembunuhan Mantan Istri dan Pencurian yang Melibatkannya

OJ Simpson meninggal karena kanker prostat. Mantan atlet NFL ini dipenuhi kontroversi, antara lain dugaan pembunuhan dan lakukan pencurian.


Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

23 hari lalu

Kandidat presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump pada  malam pemilihan pendahuluan presiden New Hampshire, di Nashua, New Hampshire, AS, 23 Januari 2024. REUTERS/Mike Segar
Trump Tolak Undangan Zelensky, Menilai Tak Pantas Kunjungi Ukraina

Bekas Presiden AS Donald Trump menolak undangan Presiden Volodymyr Zelensky untuk menyambangi Ukraina.